
Minggu, 27 Januari 2013
Golok Pusaka Langlangbuana
Warga Jawa Barat, masyarakat
Pasundan khususnya, selama ini
mungkin banyak mendengar cerita
tentang adanya harimau gaib yang
diyakini sebagai wujud penjelmaan
dari Prabu Siliwangi. Harimau gaib ini
digambarkan sebagai hewan
berbulu loreng, atau ada juga yang
mengatakan berbulu putih dan
disebut sebagai Lodaya.
Disamping harimau loreng dan
Lodaya, yang diyakini sebagai
jelmaan Prabu Siliwangi dan para
pengikut setianya, sesungguhnya
masih ada jenis harimau gaib
lainnya, yakni harimau yang berbulu
hitam pekat. Nah, jenis harimau
hitam inilah yang mungkin masih
kurang diketahui seperti apa asal-
usulnya.
Meski terkesan musykil, namun bagi
masyarakat Jawa Barat, khususnya
yang tinggal di daerah pinggiran,
masih meyakini kalau kesemua jenis
harimau gaib tersebut hingga kini
masih ada dan kerap menampakkan
wujudnya di tempat-tempat
tertentu. Fenomena itu utamanya
kerap terjadi di sekitar Leuweung
Sancang, Garut Selatan. Menurut
cerita, di Leuweung Sancang inilah
Prabu Siliwangi bersama para
pengikut setianya memutuskan jalan
gaib dengan cara ngahyang atau
moksa.
Lantas, bagaimana asal-usul harimau
hitam dari Pajajaran itu?
Menurut informasi yang Misteri
terima, sosok harimau hitam yang
kini dijadikan lambang kesatuan
kepolisian daerah di Jawa Barat ini
tidak lain mulanya berasal dari salah
seorang tokoh pengabdi setia di
Pajajaran.
Saat Prabu Siliwangi berkuasa, sang
tokoh mendapat kepercayaan
jabatan sebagai pejabat tinggi
keamanan, atau setara dengan
Panglima Polri pada saat sekarang.
Dialah petinggi polisi pertama yang
sempat diangkat dilingkungan
Kerajaan Pajajaran. Tokoh dimaksud
tak lain adalah yang namanya
populer dengan sebutan Eyang
Langlangbuana. Dia pertama kali
ditunjuk sebagai pengabdi polisi di
lingkungan kerajaan pada 1515, dan
bersamanya sempat pula ditunjuk
dua orang ajudannya, yaitu yang
bernama Eyang Jagariksa dan Eyang
Jagapirusa.
Disebutkan, ketiga tokoh inilah yang
bertanggungjawab terhadap
keamanan di lingkungan dalam
kerajaan. Mereka juga memiliki pos
pusat di Pakuan, juga sejumlah pos-
pos jaga di kawasan Sukadana,
Cibitu dan Cianjur.
Eyang Langlangbuana, atau yang
dikenal pula sebagai Eyang
Jagaraksa atau Jagasatru, menurut
sejarah, sebenarnya bukanlah orang
Pajajaran asli. Dia adalah
pengembara yang berasal dari
Kerajaan Bugis, Makasar. Kemudian
dia menikah dengan wanita di
Pajajaran.
Sebelum singgah di Pajajaran, Eyang
Langlangbuana sempat pula
mengembara ke belahan bumi lain.
Seperti ke Tanah Arab yang lamanya
77 tahun, dan terakhir ke Tanah
Jawa, atau dalam hal ini adalah
Pajajaran.
Seperti diceritakan, Prabu Siliwangi
dan segenap pengikut setianya
akhirnya sepakat memilih jalan gaib
untuk mati secara moksa.
Sementara. saat mendapati tekanan
berat dari pihak musuh, Eyang
Langlangbuana memilih jalan
akhirnya sendiri, yaitu meninggal
secara wajar.
Menurut sebuah sumber, makam
Eyang Langlangbuana berada di
kawasan Cibule, di kaki Gunung
Pangrango, Cianjur.
Sudah barang tentu, Eyang
Langlangbuana termasuk leluhur
yang memiliki jasa besar bagi
Pajajaran. Makamnya kini sangat
dikeramatkan. “Namun, untuk
dapat mencapainya, boleh dikata
tidaklah gampang. Sebab, disamping
lokasinya yang berada di kedalaman
hutan yang rimbun, juga untuk tiba
di sana kita pun harus siap berjalan
jongkok dan merayap, dikarenakan
makam itu terkurung oleh pohon-
pohon yang besar,” tegas sumber
Misteri yang enggan disebutkan
namanya.
Sementara, berkaitan dengan cerita
keleluhuran Eyang Langlangbuana
yang nama besarnya kini diabadikan
sebagai simbol kesatuan kepolisian
Jawa Barat, terungkap sebuah
informasi kalau ternyata senjata
pusakanya adalah sebilah golok
yang panjangnya sekitar satu meter.
Pusaka ini sekarang berada di
tangan seorang kolektor di
Bandung.
Karena bahannya yang bukan
sembarangan, pusaka Eyang
Langlangbuana tersebut diyakini
menyimpan tuah tertentu. Menurut
sang pemilik, banyak kalangan yang
berhasrat untuk dapat memilikinya.
“Golok ini berkhodam seekor
harimau gaib berbulu hitam, jelmaan
dari Eyang Langlangbuana. Golok ini
merupakan perangkat beladiri yang
sangat ringan untuk dimainkan.
Sehingga, banyaknya pihak yang
berminat,” kata sang pemilik yang
juga enggan disebut identitasnya.
Menurut pengakuannya, golok yang
bergagang berupa ukiran kepala
harimau hitam itu adalah benar-
benar asli. Benda tersebut
merupakan warisan dari para
leluhurnya yang sempat mendalami
dan menyusuri sejarah Pajajaran.
?
majalah-misteri-net

Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar